Sabtu, 08 Oktober 2016
Mekar Bhuana berbangga hati dapat bekerja dengan guru-guru yang paling berbakat di bidang kesenian Bali klasik. Guru-guru senior kami ini merupakan para ahli dibidangnya dan di beberapa hal mewakili generasi yang tetap hidup yang masih mengetahui gending-gending yang mereka pelajari dari seniman tua.
Untungnya, kami telah melakukan usaha-usaha untuk mengajak guru-guru yang berpengalaman, berbakat dan, yang paling penting, begitu antusias sebagai harapan generasi muda sekarang yang mencintai kesenian-kesenian yang hampir punah ini.
I Wayan Mandra – Pelegongan / Bebarongan
Merupakan murid dari Kecug, seniman terkenal dari Kelandis Denpasar, Mandra mempelajari Pelegongan di seluruh daerah di Sanur sejak tahun 1960an. Berasal dari Br. Singgi, Sanur, beliau merupakan salah satu dari sedikit penabuh yang masih mengingat gending-gending daerah Kelandis yang disebutkan oleh etnomusikolog, Colin McPhee dalam karya besarnya yang berjudul House in Bali. Tidak diragukan lagi Mandra adalah salah satu pemain kendang yang paling berbakat di daerah Sanur
I Made Sumara – Semara Pagulingan
Pak Dek adalah seorang pelatih kendang dan Pelegongan yang berpengalaman yang berasal dari Pagan Kelod. Beliau juga banyak mengajar grup gamelan di berbagai daerah di Denpasar. Pengetahuannya tentang pola kotekan gending-gending Semara Pagulingan kuno sangatlah penting bagi rekonstruksi gaya pukulan yang hampir terlupakan ini.
I Wayan Sadera – Gender Wayang & Tingklik
Sadera, pelatih gamelan termuda kami dari Teges Kanginan, Peliatan, merupakan seorang ahli gender dan tingklik. Dia adalah salah satu dari dua orang penabuh dari desanya yang masih bisa memainkan gaya pukulan Gender Wayang Teges yang masih kuno. Teknik pengajarannya yang metodis membuat belajar gamelan menjadi jelas dan mudah dipahami, bahkan yang paling sulit
Mekar Bhuana berbangga hati dapat bekerja dengan guru-guru yang paling berbakat di bidang kesenian Bali klasik. Guru-guru senior kami ini merupakan para ahli dibidangnya dan di beberapa hal mewakili generasi yang tetap hidup yang masih mengetahui gending-gending yang mereka pelajari dari seniman tua.
Untungnya, kami telah melakukan usaha-usaha untuk mengajak guru-guru yang berpengalaman, berbakat dan, yang paling penting, begitu antusias sebagai harapan generasi muda sekarang yang mencintai kesenian-kesenian yang hampir punah ini.
I Wayan Mandra – Pelegongan / Bebarongan
Merupakan murid dari Kecug, seniman terkenal dari Kelandis Denpasar, Mandra mempelajari Pelegongan di seluruh daerah di Sanur sejak tahun 1960an. Berasal dari Br. Singgi, Sanur, beliau merupakan salah satu dari sedikit penabuh yang masih mengingat gending-gending daerah Kelandis yang disebutkan oleh etnomusikolog, Colin McPhee dalam karya besarnya yang berjudul House in Bali. Tidak diragukan lagi Mandra adalah salah satu pemain kendang yang paling berbakat di daerah Sanur
I Made Sumara – Semara Pagulingan
Pak Dek adalah seorang pelatih kendang dan Pelegongan yang berpengalaman yang berasal dari Pagan Kelod. Beliau juga banyak mengajar grup gamelan di berbagai daerah di Denpasar. Pengetahuannya tentang pola kotekan gending-gending Semara Pagulingan kuno sangatlah penting bagi rekonstruksi gaya pukulan yang hampir terlupakan ini.
I Wayan Sadera – Gender Wayang & Tingklik
Sadera, pelatih gamelan termuda kami dari Teges Kanginan, Peliatan, merupakan seorang ahli gender dan tingklik. Dia adalah salah satu dari dua orang penabuh dari desanya yang masih bisa memainkan gaya pukulan Gender Wayang Teges yang masih kuno. Teknik pengajarannya yang metodis membuat belajar gamelan menjadi jelas dan mudah dipahami, bahkan yang paling sulit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar